Report Abuse

Blog berisi kumpulan produk hukum Indonesia.

PAUD, Bisnis atas nama Pendidikan Anak


Pernyataan kontroversial dicuitkan oleh seorang dokter lewat akun twitternya yang menyatakan bahwa PAUD bukan pendidikan anak namun merupakan bisnis atas nama pendidikan anak. Tentu saja tweet yang dicuitkan menuai kontoversi ada yang pro dan yang kontra. Lewat cuitannya dr. Jiemi Ardian (@jiemiardian) juga menuliskan anak dengan usia kurang dari 4 tahun, gak (akan) bisa berfikir formal, gak akan faham tentang tugas, gak akan faham tentang sekolah, jangan siksa mereka dengan sesuatu yang gak akan bisa dikerjakan.

PAUD, Bisnis atas nama Pendidikan Anak


"Tapi kan Dok, di PAUD cuma main aja"
Bapak ibu yang tersayang, taman bermain terbaik anak itu tubuh orangtuanya, bukan sekolah kapitalis itu.

Anak gak butuh bisa menggambar, baca tulis, menghitung diusia segitu, Buat apa punya anak bisa baca tulis dan menggambar diusia dini tapi jiwanya terganggu? Buat kasi makan ego orangtua untuk bangga sama anak dengan cara yang salah?

Lebih lanjut dr. Jiemi Ardian menegaskan tentang teori perkembangan kognitif Piaget, yang menyatakan bahwa anak baru bisa berfikir konkrit di usia 7 tahun. Artinya anak berfikir tentang konsep, situasi konkrit, belajar tanggung jawab baru diusia ini. Jangan dipercepat, bahaya.

teori perkembangan piaget

Ketika kita berusaha mempercepat proses belajar anak, akan ada harga yang mahal disana. Anak akan kehilangan proses perkembangan alamiahnya.

Jiwa anak yang tidak tumbuh normal akan meninggalkan masa kanak-kanak yang tidak terselesaikan. Menghasilkan orang dewasa dengan jiwa kekanak-kanakan, sampai akhir hidupnya.
Tegakah kita sebagai orangtua, demi kebanggaan sesaat memiliki "anak yang pintar", lalu mengorbankan masa depan anak ini seumur hidupnya karena masa kanak-kanak yang tidak terselesaikan.
Memiliki anak yang sehat secara mental, bahagia, tumbuh dan berkembang sampai dewasa itu lebih berharga daripada memiliki "anak yang pintar" hasil didikan keliru di PAUD.

Ada kalanya orangtua sibuk dan harus menitipkan anak di lembaga PAUD selama mereka bekerja. Saya tidak berani berkomentar apapun untuk hal ini, tapi semua pilihan memiliki konsekuensinya.
Yuk berhenti ikut-ikutan tren bisnis untuk menyekolahkan anak sedini mungkin. Anak nggak butuh itu, anak butuh orangtuanya. Bukan PAUD yang memaksa anak bisa calistung. Salam Sadar.


Itu tadi beberapa tweet dari dr. Jiemi Ardian, dimana dokter tersebut mencuitkan hal kontroversial tersebut setelah mendengar orangtua pasien yang bercerita anaknya yang sekolah di PAUD di beri PR (Pekerjaan Rumah). Hehehe


Siapa dr. Jiemi Andrian? Melihat dari profilnya beliau adalah seorang Hypnotherapist, Mindfulness Practitioner, National Hypnotherapy Instructor, NLP'er, Psychiatric Resident, Half Doctor-Half Shaman. Yaah profesi yang berhubungan dengan kejiwaan dan psikologi. Jadi tidak salah jika dokter tersebut membahas masalah perkembangan anak.

Bagaimana tanggapannya bapak ibu yang ngajar di PAUD?

Related Posts